When Ibnu Abbas dari Rosulullah SAW said, manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara, diantaranya : (1) waktu mudamu sebelum datang masa tuamu, (2) waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, (3) masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, (4) masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, (5) hidupmu sebelum datang matimu.
Sebagai manusia normal tentunya siapapun tidak ingin berada dalam situasi yang sulit, pasti semua orang menginginkan kehidupan nyaman, damai, dan tanpa gangguan sedikitpun.
Sayangnya peran manusia bukan sebagai tuhan, manusia tidak berhak mengatur segala urusan perduniawian, bahkan jalan kehidupannya saja diatur.
Sebagai hamba, manusia hanyalah makhluk yang lemah, gampang terbawa emosi, tidak kuat menahan hawa nafsu, kadang dalam kata sabarpun masih bisa terkena gangguan mental, kecil sekali bukan nyali yang dimiliki?
Baca Juga: Self Healing: Beri Diri Ruang untuk Tenang
Tidak jarang manusia suka lupa bahwa kehidupan ini hanyalah sebuah drama, dikepalai oleh tuhan sebagai sutradara, dan masing-masing mempunyai peran sebagai tokoh utama dalam kehidupannya, editor hanya perantara dalam perbaikan hasil akhir, seperti halnya masyarakat lain yang hidup disekeliling pemilik peran, yang hanya bertugas mengingatkan, membantu, yang mana satu sama lain akan mendapat jatah ganjaran sendiri-sendiri.
Sudah menjadi hukum alam, setiap permasalahan pasti memiliki jalan keluar. Manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan masih beruntung dikasih akal sehat dari tuhan yang maha penyayang. Seharusnya lebih bisa bersyukur dengan kenikmatan yang diberikan tanpa perhitungan.
Jiwa yang sehat, hidup yang layak, nafas bebas, dan gerak aktif tidak terbatas, setiap harinya dilakukan tanpa halangan suatu apapun selagi tidak menyalahi ajaran.
Namun kebanyakan sudut pandang manusia agak salah haluan, yang dikiranya makmur ternyata kurang mujur, yang disangka beruntung berasa masih tergeluntung, lantas siapa yang salah ? lalu siapa didunia ini yang paling bahagia?
Hidup itu bagaikan pemandangan aktif, yang satu sama lain saling melihat. Tidak cukup jika ditarik kesimpulan dari satu opsi, dan tidak akan muat jika puluhan opsi diadu menjadi satu. Sampai kapanpun, isi dunia mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dua sisi ini yakni positif dan negatif selalu berkait dalam hal apapun dimanapun.
Baca Juga: Pengaruh Pandemi Terhadap Perkembangan Kepribadian Sosial Dan Kesehatan Mental
Tidak sewajarnya mengambil sudut pandang hanya dari sekali tarik omongan. Jelas terselip tambahan dan, kata tapi diakhiran, serta imbuhan-imbuhan lain yang tidak bisa dihapus karena sudah menjadi daya khas yang melekat pada suatu organ.
Karenanya, sebagai manusia sekaligus sosok hamba yang hanya bisa meminta, berdoa, namun tidak bisa memaksa, ikuti saja alur permainan ini. Hidup sekali jadi ini jangan sampai menjadi penyakit diri yang tidak dapat dinikmati prosesnya.
Semua insan tentunya berharap yang terbaik tapi tetap tidak bisa menuntut apapun. Bersyukur adalah jawaban dimana semua kegelisahan dapat dibuang dan kegundahan pikiran sementara dengan mudah ditahan.
Hendaknya masing-masing pribadi butuh dimanja dan selalu belajar menerima. Karena sumber apotik dan puncak obat yang paling ampuh kembali pada diri sendiri yang sering menyadari opsi bahwa prinsip hidup yang tenang, terletak dalam bathin yang ringan, kesehatan pikiran, dan hati yang tenang sehingga tidak ada konflik kehidupan yang memberatkan karena semuanya berjalan lancar dan terasa tentram.
Menyikapi hal yang seringkali dianggap menggoyahkan iman dan suka berpengaruh terhadap poblematika sosial, bagaimana tips terbaik agar tidak salah jalan ? dibawah ini salah satu trik yang dapat dipakai untuk menjaga iman tetap stabil dan imun terkendali normal, diantaranya :
1. Husnudhon Agar Pikiran Aman
Berprasangka menjadi kebiasaan manusia sebagai makhluk yang mempunyai akal. Menebak-nebak sesuatu sudah termasuk hal yang biasa dilakukan dalam fikiran yang melayang. Hayalan yang tinggi membuat manusia menyatakan hal yang belum tentu benar untuk ditarik kesimpulan.
Baca Juga: Inner Child: Sisi Diri Penghambat Relasi Sosial
Untuk menghindari kesalahan dan rumor yang buming tapi belum ditemukan kebenaran, alangkah baiknya akal yang sehat dipergunakan untuk selalu berpikir positif.
Husnudhon atau berprasangka baik merupakan salah satu cara menjaga kestabilan pikiran dari hal-hal yang masih bersifat samar.
Kata sebuah pepatah “kita punya mata, lantas mengapa masih memandang seseorang pakai telinga?”. Setiap orang pasti memiliki masalah, namun tidak semua orang bisa ikut campur dalam urusan orang lain. Terdapat langkah berbaik sangka adalah tidak terlalu percaya terhadap berita hoax dan lebih selektif dalam mengambil suatu kabar yang beredar.
Sekiranya tidak terlalu penting, jangan terlalu ingin tau. Dan ketika belum mengetahui sesuatu secara detail jangan menjadi sumber koneksi sana sini tanpa bukti.
Jadilah seseorang yang selalu punya mindset positif baik dalam thinking atau apapun, sehingga tidak menjadi beban pikiran, menjaga ucapan, dan menghindari suudzon yang merugikan.
2. Qonaah Membuat Hati Tenang
Sebagai hamba tugas kita hanya berdoa dan istiqomah beribadah. Karena apapun sudah dipenuhi oleh tuhan sekalian alam semesta, jangankan kebutuhan, untuk dihidupkan dalam dunia dengan keadaan baik merupakan nikmat yang tiada tara.
Di samping itu, tentunya kehidupan tidak hanya berjalan satu jalur, pasti ada liku, uji coba, serta masalah ini itu. Apapun takdirnya, kepada siapa seorang hamba berani komplain?
Lalu apa yang hendakdiperdebatkan?. Wajar saja sewaktu-sewaktu mungkin datang rasa bosan, capek, kesal, bahkan mengeluh.
Baca Juga: 4 Jenis Narkoba yang Asing Di Telinga, Apa Saja?
Tapi pointnya bukan disitu, berbalik pada pemikiran positif, Setiap manusia harus memiliki rasa simpati kepada takdir. Menerima semua yang diberikan dan menghadapi apapun ketentuan adalah salah satu proses hidup yang dimana titik letaknya bukan pada lemah, lelah, letih, lesu.
Tapi semua yang dihasilkan dari usaha kita menganggap semua takdir itu baik pasti puncaknya akan lebih membahagiakan untuk dinikmati. Sehingga setiap harinya tidak perlu merasa terpukul, namun tak lain selalu bersyukur.
3. Ikhlas dan Sabar menjadi Kunci Ketentraman
Menjadi manusia yang menerima apa adanya, tentunya bukan semata menengadah pemberian-Nya cukup dengan kedua telapak tangan saja. Ibarat cita rasa, bumbunya masih kurang diseduh menggunakan keikhlasan hati dan kesabaran jiwa.
Tidak mudah memang untuk dilakukan, tapi siapa yang tidak tergiur pada balasan yang dijanjikan?. Apapun yang dikerjakan secara terpaksa semakin lama akan terbiasa mengikuti alur semestinya.
Awalnya memang berat namun seiring durasi, ketetapan itu menjadikan sikap yang layak yang tanpa diminta pun otomatis terlakukan. Seperti halnya ikhlas dan sabar.
Awalnya begitu memberatkan, namun semuanya tidak bisa berjalan instan. Masih harus melalui proses belajar menerima dan tidak mengharap sesuatu yang lebih, selalu merasa cukup dan tahan akan segala kekurangan.
Jadilah pribadi yang selalu menanamkan prinsip bahwa semua pilihan takdir itu terbaik, memang porsinya kadang kurang melegakan, wajar saja kita masih ingin memohon yang lain, masih tergoda dengan hak milik orang lain.
Namun sikapi semuanya dengan logika, bahwa mungkin saja, jatah yang dinantikan masih macet ditengah jalan, haruslah intropeksi diri apa yang menyebabkan takdir itu jalannya lamban? Apa ada yang salah dengan ibadahmu atau hal lain? karena semua akan indah pada waktunya, seseorang tidak akan lepas dari masalah dan masing-masing kebahagiaan mempunyai masa.
4. Jangan Lupa Bersyukur hingga Hidup Terasa Nyaman
Hingga pada akhir topik pembahasan, bersyukur adalah jawaban dari apotik kehidupan. Dimana obatnya hanya ada pada dirimu sendiri tidak perlu datang kerumah sakit untuk meminta resep lebih.
Ketika kesehatan jiwa menurun, tanyakan pada dirimu, bagaimana hubungan ibadahmu dengan tuhan. Jika ketenangan hati mulai ricuh, katakan pada dirimu apa kurang baik proses kedekatanmu kepada sang pencipta.
Semuanya kembali pada pribadi, semua hak milik dunia hanya titipan yang tidak bisa kekal. Apa adanya rizki terima dengan sepenuh hati, lalu berserah diri dengan settingan alur lebih lanjut kepada-Nya.
Intinya bersyukur dan jangan lupa baca hamdalah, hidup itu sawang sinawang masih ada yang ingin memiliki keberuntunganmu disaat kamu ingin memiliki apa yang dilebihkan pada orang lain dan masih banyak yang merasa tidak seberuntung kamu, nyatanya kamu masi tergiur dengan pencapaian orang lain.
Cukupkan penyesalan, dan semangat memperbaiki diri. Rumput tetangga lebih indah, tapi bunga ditaman rumah lebih harum baunya.
You must be logged in to post a comment.